Thursday, December 29, 2016

(Umi Irena) dulu calon biarawati,kini pembina mualaf

Sejak kecil,Irena Handono ingin sekali menjadi seorang biarawati.Menurutnya,menjadi biarawati merupakan pekerjaan paling mulia,karena pengabdian total seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan.Lahir di keluarga katolik yang taat,sedari usia sekolah dasar Irena sudah mengikuti kursus agama.Ketika remaja,ia pun aktif di keorganisasian gereja.Bahkan,pernah menjadi ketua presedium yunior ligio maria saat SMA.BAru setelah mempelajari materi agama perbandingan agama tatkala kuliah di Institut Filsafat dan teologi Bandung,Irena merasakan ketidakpuasan dengan keyakinannya.Termasuk dengan jawaban sang pastur mengenai Yesus dan Trinitas,yang menjadi sumber kegalauannya.
Mempelajari Al-qur'an justru membuat Irena mantap masuk islam.Awalnya,ia tergugah saat membaca surat Al-ikhlas,yang mengatakan bahwa Tuhan itu satu,tidak beranak,dan tidak pula diperanakan.
"Karena memang islam agama yang haq.kalau kitab yang sebelumnya yang saya yakini (bibel),itu ternyata ada campur tangan manusia,yang selalu berubah sesuai zamannya,"kata Irena.Setelah bersyahadat pada tahun 1983,Irena begitu giat mempelajari agama islam,bahkan hingga saat ini.Beberapa bidang yang menjadi konsernya antara lain,perbandingan agama,peradaban dan sejarah islam."Karena bagi kita menuntut ilmu itu hukumnya wajib sepanjang masih hidup,dari buaian hingga liang lahat,"ujar wanita yang akrab disapa Umi Irena.
Kini,mualaf kelahiran 20 Juli 1954 silam tersebut disibukkan dengan aktivitas berdakwah,demi menyampaikan kesempurnaan hukum Allah.Termasuk juga yang menjadi konsentrasi dakwahnya adalah menyerukan umat islam untuk bangkit."Mengingat bangsa ini penduduk muslim terbesar di dunia,tapi umatnya lemah tak berdaya,"ungkapnya.Atas kondisi itu,Irena mengaku prihatin.Menurutnya,ada ketimpangan di tubuh umat islam indonesia antara kuantitas dan kualitasnya.Oleh karenanya,ia senantiasa menyerukan agar kaum muslimin kembali ke ayat Allah,terutama ayat yang pertama kali turun,yakni Iqra'yang maknanya adalah membaca."tapi perintah membaca ini kan bukan sekedar membaca huruf saja.Tapi membaca maknanya untuk kemudian mengaplikasikannya,"pesannya.
Dengan belajar dan membaca,Irena sendiri sudah melahirkan kurang lebih 14 karya tulis,diantaranya berjudul;Membunuh dengan tersenyum,Waspadai pemurtadan,Islam dihujat,Paus sang pendiri kristen,dan Bibel bukan injil.
Selain berdakwah dan menulis buku,wanita yang memiliki nama asli Han Hoo Lie ini juga mendirikan Yayasan Irena Center,yang bergerak dalam kegiatan pembinaan umat islam,khususnya mualaf,pendidikan aqidah islam,serta pembinaan mental umat dan pelayanan sosial kemasyarakatan.Menurutnya,ada persoalan tersendiri pada umat islam dalam mengurusi mualaf.Meski senantiasa bersyukur dan welcome dengan saudara yang baru,tapi bagaimana membinanya,masih banyak muslim yang belum paham."ini masih persoala.tidak semua yang menyambut itu mengerti cara membina.Sehingga akibatnya diantara mualaf ada yang kembali ke agamanya semula,"tukasnya.Irena mengungkapkan,sejatinya jika kembali kepada sejarah,boleh dikatakan para sahabat Nabi juga mualaf.namun kenapa para sahabat dibina oleh rasulullah shalallahu'alaihi wasalam."Pertanyaan selanjutnya bagaimana cara rasulullahmembina?yakni melalui sentuhan aqidah,itu yang diutamakan,"jelas istri dari masruchin Yusufi ini."Kalau sekarang kan saat ada mualaf,yang pertama disuruh adalah yang adalah belajar baca tulis al-qur'an.Memang itu penting,tapi bukan itu yang harus didahulukan.Jadi mualaf itu harus tahu persis kenapa dia memilh islam,"sambung Irena.Sehingga,menurutnya,ketika seorang mualaf tidak paham kenapa memilih islam,dia bisa tergelincir kepada pemahaman semua agama adalah sama.Tak sdikit tantangan dalam membina mualaf,sebagaimana dialami daiyah kelahiran surabaya ini.Ada kasus seseorang masuk islam hanya karena ingin menikahi seorang muslimah,tapi setelah menikah dia kembali ke agamanya sebelumnya.juga kasus lainnya.
Karena,Irena sedang merintis Pondok Pesantren Mualaf.Ia berharap,dengan adanya ponpes mualaf tersebut,nantinya orang-orang yang baru memeluk islam bisa belajar dan paham tentang islam,serta tidak menyesali kenapa masuk islam.
"Yetapi mereka justru bersyukur sudah mendapat hidayah,"ucapnya.Kini di usianya yang mneginjak 62 tahun,Irena menyakini bahwa jalan dakwah tidaklah mudah,penuh liku dan tantangan.Namun ia berprinsip,bahwa setiap tantangan yang datang justru dijadikannya sebagai motivasi untuk tidak kenal menyerah."Tantangan justru semakin membuat Umi tegar."tandasnya.
Baginya,kalau islam jelek ,pasti tidak ada yang menghujat.Tapi karena islam itu mulia,maka banyak orang yang merasa tidak senang dengannya,terganggu,iri,bahkan sampai ada yang melancarkan serangan fitnah.
Sumber:Irena center


No comments:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *