Friday, December 9, 2016

Setia dan berlepas diri

"Aku tawarkan kepadamu,"ujar Shalahuddin Al-Ayyubi kepada Balian dan Ibelin,"Jaminan keselamatan bagi seluruh penduduk Jerusalem;Ratumu,Uskup,para Ksatria,pria,wanita dewasa,maupun anak-anak untuk keluar dengan damai dalam pengawalan kami ke daerah aman yang dikuasai teman-teman Kristen kalian.Takkan ada yang diganggu atau disakiti."
"Tapi,"dahut Balian yang setengah terkejut,"Ketika orang-orang kristen merebut kota ini,mereka membantai semua penduduknya dan menjadikan jalannya digenangi darah."
"Aku bukan orang seperti mereka,"tukas sang sultan."Aku Shalahuddin.Shalahuddin,orang yang berkebaikkan untuk memuliakan agama."
Lebih lima abad sebelum Shalahuddin berdiri ditempat itu,seperti dikisahkan Imam Malik,sahabat nabi yang digelari Aminu hadzihil ummah,Abu'Ubaidah ibn Al jarrah,memimpin sahabat-sahabat Rasulullah yang membuat warga Nasrani di Al-Quds berkata,"Mereka ini lebih utama daripada Hawariyyun,murid-murid Isa Al-Masih."
Ketika dia harus mundur dari serbuan Romawi disalah satu jabhah,dia meminta maaf kepada penduduknya,sebab tak lagi bisa melindungi mereka.Orang-orang Kristen Syam itupun menangisinya dan berkata,"Kalian berbeda agama,tapi lebih kami cintai daripada orang Romawi yang seagama.Hidup dibawah pemerintahan kalian jauh lebih kami sukai daripada mereka."
Hari ini kita sulit membayangkan bagaimana akhlak generasi Abu'Ubaidah dan generasi Shalahuddin;yang bahkan membuat musuh terpesona.Hari ini kita mungkin harus bersabar lebih panjang;jika ternyata pembebas Masjidil Aqsha harus sekualitas mereka ini.
Ini kita belum menyebut bagaimana Sang Khalifah yang naik unta bergantian dengan Aslam budaknya,memasuki kota Al-Quds tepat ketika giliran sang Amirul Mukminin dan menuntun sahayanya berkendara.Patriak Sophronius dan warga kota ternganga akan kebersahajaannya,juga alasan menolak ketika disilahkan sholat di gereja,"Aku khawatir kelak orang akan mengubah gerejamu menjadi masjid dan beralasan bahwa Umar pernah shalat disini."
Salah satu simpul keimanan dalam islam adalah Al-Wala dan Al-Bara.Al-Wala dalam bahasa arab mempunyai beberapa arti,antara lain;setia,mencintai,menolong,mengikuti,dan mendekat kepada sesuatu.Sedangkan Al-Bara antara lain menjauhi,membersihkan diri,melepaskan diri,dan berada dipihak serta keadaan yang berbeda.
Dalam syariat,wala seorang mukmin kepada Allah,RasulNya,dan orang-orang mukmin berarti setia,cinta,serta mengutamakan segala hal myang mendatangkan keridhaanNya.
Nah,yang sering kurang pas diterjemahkan adalah Al-Bara sebagai semata-mata benci.ya,di dalamnya memamg ada unsur benci karena Allah.Tetapi tidak dikatakan memiliki Al-Bara jika seseorang membenci orang kafir,tetapi dalam perilaku dan akhlaq dirinya sama atau bahkan lebih buruk.
Sesuai maknanya,Shalahuddin dan Abu Ubaidah meneladankan kepada kita bahwa yang akan dirasakan manusia dari adanya Al-Bara adalah betapa berbedanya antara seorang muslim dengan yang bukan dalam kejujuran,kadilan,sikap amanah,belas kasih,dan akhlaq mulia yang ditampilkan.
Di kalangan pesantren Salafiyah dikenal ungkapan"Lastu kahaiatikum",yang harfiahnya bermakna"Aku tak seperti polah kalian."
Terang benderang tampak,mereka mambantai,dia berbelas kasih.Mereka aniaya,dia adil.Jika ditambahkan tentang kedatangan Umar;mereka bermewah,dia bersahaja.Mereka tercela,dia terpuji.
Maka jika Al-Wala tak hanya berarti cinta,namun juga mendidik diri untuk menjadi seperti yang di inginkan oleh yang tercinta,yakni Allah dan RasulNya;maka Al-Bara juga menjadi sempurna dengan menunjukkan keunggulan imani dalam hati yang diterjemahkan dalam laku sehari-hari.
Pekerjaan rumah kita untuk menghadirkan pemimpin dengan Al-Wala dan Al-Bara sedahsyat shalahuddin dan Abu Ubaidah pastilah masih panjang.Tapi jangan hilang harap lalu bermudah-mudah dalam menyerahkan jutaan jiwa beriman pada yang tak berwala pada Allah dan RasulNya.
Ayat berikut ini tetap menjadi panduan kita,tiada yang membatalkannya;sebab memilih pemimpin shalih adalah hajat dunia akhirat."Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min.Barang siapa berbuat demikian,niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah,kecuali karena memelihara diri sesuatu yang ditakuti dari mereka.Dan Allah memperingatkan kalian terhadap siksaNya.Dan hanya kepada Allah kembali kalian."(QS.Ali Imran 3:28) sumber: Salimafillah
Siapa yang memudahkan,maka Allah memudahkannya di dunia dan akhirat
Rasulullah saw telah bersabda"Barang siapa yang memudahkan orang yang kesusahan maka Allah memudahkan di dunia dan akhirat."(Riwayat Muslim)
Maknanya,barang siapa memudahkan seseorang,baik terhadap Muslim maupun non Muslim dengan perbuatan semisal membebaskan dari tanggungan,menyedekahi,membantu,atau membebaskan dari kesulitan,maka Allah memudahkan urusannya di dunia dengan memperluas rizki untuknya,membebaskan dari kesusahan atau memudahkannya melakukan kebaikan.Sedangkan sebagai balasan di akhirat,maka Allah memudahkannya dalam hisab dan memberikan ampunan terhadap hukuman serta memberi pertolongan sejenisnya.(sumber: Faidh Al-Qadir,6/243)


No comments:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *