Friday, October 13, 2017

Zaid bin Tsabit

Dalam usianya yang masih 13 tahun,Zaid bin Tsabit datang kepada Rasulullah sambil membawa pedang yang panjangnya melebihi tinggi badannya.Tanpa rasa takut,ia memohon kepada Rasulullah untuk ikut berperang dijalan Allah.Rasulullah tidak mengijinkannya karena usianya yang masih tergolong anak-anak itu.
Semangatnya untuk membela islam tidaklah pudar lantaran ditolak untuk ikut berperang.Dengan diantar ibunya,ia mengajukan permohonan baru untuk berjuang dijalan Allah.Sang ibu pergi menghadap Rasulullah untuk menyampaikan kelebihan Zaid yang hafal tujuh belas surah dengan bacaan yang baik dan benar serta mampu membaca dan menulis dengan tulisan yang indah.Raasulullah memerintahkan Zaid untuk menuliskan sebuah surah,seperti apa yang diceritakan ibunya.Rasulullah kagum karena ternyata kemampuannya melebihi apa yang diceritakan ibunya.Rasulullah kemudian meminta Zaid belajar bahasa Ibrani,bahasa orang Yahudi agar mereka tidak mudah menipu Rasulullah dan umat islam.Dalam waktu singkat Zaid sudah menguasai bahasa Ibrani.Ia pun selalu diminta oleh Rasulullah untuk membacakan atau menulis kepada orang Yahudi.
Rasulullah juga meminta kepadanya untuk belajar bahasa Suryani.Dalam waktu yang tidak terlalu lama,Zaid pun telah dapat menguasainya.Dalam usia yang masih muda belia,ia telah menjadi orang kepercayaan Rasulullah dan menjadi sekretaris pribadinya.Tidak hanya itu,karena kemampuannya membaca dan menghafal Al-Qur'an,dialah yang diminta untuk selalu menuliskan wahyu yang turun.
Sepeninggal Rasulullah,Zaid menjadi rujukan utama bila ada yang bertanya tentang Al-Qur'an.Pada masa khalifah Abu Bakar,Zaidlah yang menjadi ketua tim yang bergtugas menghimpun Al-Qur'an.Zaid juga diangkat menjadi penasihat umat islam pada masa itu.Ia menjadi tempat bertanya dalam masalah hukum islam,terutama masalah waris.Dimasa itu,Zaid terkenal orang yang mahir menjadi pembagi waris terpercaya sesuai ajaran islam.
Dalam kapasitasnya sebagai ulama besar,Zaid tetap rendah hati dan tawadu.Tidak segan-segan ia mencium tangan Ibnu Abbas.Ketika itu,ia berkata,"Beginilah cara kami menghormati Nabi kami,seperti yang diperintahkan Rasulullah saw."
Kebesaran nama Zaid bin Tsabit dan kedalaman ilmu yang dimilikinya menjadi sebuah kehilangan besar ketika tiba waktunya,ia harus menghadap keharibaan-Nya.Kaum muslimin bersedih karena kehilangan seseorang yang hatinya bersarang ilmu Al-Qur'an.Bahkan Abu Hurairah mengungkapkan,"Meninggalnya Zaid itu sebagai kepergian samudera ilmu.Begitulah Zaid bin Tsabit dengan keluasan ilmu Al-Qur'an yang dimiliknya,semoga Allah merahmati dan memberi tempat yang layak di sisi-Nya."



No comments:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *