Saturday, October 7, 2017

Larangan menikahi wanita musyrik

"Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik,sebelum mereka beriman.Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,walaupun dia menarik hatimu.dan jangan kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,walaupun dia menarik hatimu.mereka mengajak ke neraka,sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran."(QS.Al-Baqarah:221)
   Ayat diatas merupakan bagian dari kelompok ayat yang memberikan tuntunan kepada manusia tentang pembinaan kehidupan keluarga dalam islam.Dalam pandangan umum keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang minimal terdiri dari suami dan istri.Pada ayat ini Allah memberikan tuntunan bagaimana memilih pasangan,suami atau istri yang menjadi cikal bakal dari sebuah keluarga.
   Pemilihan pasangan suami istri merupakan suatu hal yang penting untuk menjadi bahan pertimbangan dalam membentuk rumah tangga.Karena kekuatan bangunan rumah tangga itu sangat tergantung pada suami dan istri,sebagai pilar utamanya.
   Pilar ini harus kuat agar bangunan rumah tangga tetap berdiri kokoh dalam menghadapi persoalan hidup.Kekuatan itu,tidak terletak pada kecantikan dan ketampanan,karena keduanya akan pudar dimakan waktu dan juga bersifat relatif.Bukan pula karena harta kekayaan,karena harta kekayaan itu akan mudah datang dan pergi.Dan bukan pula karena kedudukan dan status sosial,karena ini juga akan berubah sejalan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.Kekuatan pilar utama itu akan ditemukan pada kekuatn iman dan kekuatan dalam menjalankan tuntunan Allah swt.Oleh karena itu tuntunan pertama dan utama yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk mendirikan rumah tangga adalah keimanan.
    Adapun sebab turunnya ayat 221 ini,menurut riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Mundzir,Ibnu Hatim dan Al-Wahidi yang bersumber dari Al-Muqatil adalah yang berkenaan dengan Ibnu Abi Mirtsad Al-Ghanawi yang meminta izin kepada Rasulullah saw untuk menikahi Anaq,seorang wanita Quraisy yang miskin tapi cantik,namun masih musyrik.Sedangkan Ibnu Abi Mirtsad adalah seorang muslim.Lalu Allah menurunkan ayat ini.(Ali Ibnu Ahmad Al-Wahidi al-Ansyaburi,Asybab Al-Nuzul (Kairo:Maktabah Al-Manar,th 1388 H/1968 M)hal.39).
     Kata al-musyrikat yang berarti perempuan-permpuan musyrik dan kata al-musyrikin yang berarti laki-laki musyrik,merupakan bentuk jamak dari al-musyrik yang berarti orang yang menyekutukan Allah dengan selain-Nya atau orang yang melakukan suatu kegiatan dengan tujuan utama ganda,kepada Allah dan kepada selain-Nya,misalnya ahlul kitab.
     Dalam Qs At-Taubah :29-30 dijelaskan bahwa diantara kelompok ahlul kitab adalah penganut Yahudi dan Nasrani.Orang-orang Yahudi mempercayai bahwa Uzair adalah anak Allah,demikian juga orang-orang Nasrani yang mempercayai Isa Al-Masih adalah anak Allah juga.Inilah yang menjadi dasar bagi segolongan ulama untuk mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-musrikat dan al-musyrikin dalam ayat tersebut adalah mencakup ahlul kitab.
     Diantara alasan para ulama yang mengelompokkan Yahudi dan Nasrani sebagai ahlul kitab yang melakukan perbuatan syirik adalah firman Allah dalam Qs.At-Taubah :31,yang artinya :"Maha Suci Dia (Allah) dari apa yang mereka persekutukan." dan surat An-Nisaa :48,yang artinya :"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya dan Dia mengampuni dosa yang selain itu bagi yang dikehendaki."
     Menurut pendapat ini,kalau mereka bukan termasuk orang musyrik tentulah Allah akan mengampuni mereka.Namun sebagian besar mufasir mempunyai pandangan lain.Menurut mereka yang dimaksudkan musyrikat dan musyrikin adalah musyrikat Arab yang tidak memiliki kitab,dan mereka adalah para penyembah berhala.Karena inilah makna yang dipakai oleh Al-Qur'an untuk pengertian musyrik.
     Dengan demikian,orang Yahudi yang menyatakan bahwa Uzair adalah anak Allah dan orang Nasrani mengatakan bahwa Isa Al-Masih anak Allah dan masih mempercayai trinitas,yang oleh islam dinilai telah mempersekutukan Allah,namun Al-Qur'an tidak menyebutkan mereka adalah orang musyrik,tetapi menyebut mereka sebagai ahlul kitab.Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah Qs.Al-Baqarah :105 yang artinya :"Orang-orang kafir dari ahlul kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya suatu kebaikan dari Tuhanmu." 
     Dari firman Allah dalam Qs.Al-Bayyinah :1 :"Orang-orang kafir dari golongan ahlul kitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan agama mereka sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata." 

Sumber :Ad-Dakwah


No comments:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *